Selasa, 07 Desember 2010

laporan pemunculan kecambah

LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BENIH
Uji Daya Berkecambah (SGT = Standar Germination Test)
Uji Kecepatan Berkecambah ( Index Value Test)
Uji Keserempakan Benih
Uji Kekuatan Tumbuh Benih Terhadap Kekeringan




DISUSUN OLEH

Nama: M. Ikbal
Nim : D1A108046




PROGRAM STUDI AGRONOMI
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2010

1. Judul : Praktikum :
1. Uji Daya Berkecambah (SGT = Standar Germination Test).
2. Uji Kecepatan Berkecambah ( Index Value Test
3. Uji Keserempakan Benih
4. Uji Kekuatan Tumbuh Benih Terhadap Kekeringan.
2. Tanggal Partikum : 27 November 2010
3. Nama Pratikan : M. Ikbal / D1A108046
4. Grup / Kelompok / Nama : 10 ( sepuluh )
1. M. Ikbal
2. Lukman Alhakim
5. Shift : A1 ( satu )
6. Asisten pengawas : 1. Ir. Aryunis
2. Ir. Elis Kartika

Judul : Uji Daya Berkecambah (SGT = Standar Germination Test). Tujuan Praktikum : 1. Menentukan presentasi dari perkecambahan benih.
2.Untuk menentukan daya berkecambah benih.
Bahan dan Alat : Benih Kedelai
Media kertas, germinatior, pensil air, penyemprot air.
Prosedur ; a. Letakkan lembaran kertas substrat(tiga lembar ) yang telah dibasahi di atas meja kerja
b. Ambil dua lembar kertas substrat tersebut, bentangan diatas plastik, kemudian tanamdi atasnya 25 benih kedelai dengan jarak tanam yang tidak berdekatan satu sama lainnya.
c. Tutup Substrat yang ssudah ditanami dengan 1 lembaran kertas substrat yang satu lagi ( yang lain) disulung (metode uji UKDp), di buat 3 ulangan.
d. Masukkan kedalam germinator

Pengamatan ;Pengamatan dilakukan terhadap benih yang berkecambah normal dan mati, Jamuran.
Pengamatan ; 1 x 24 jam
Setiap kali pengamatan dilakukan, benih yang berjamur dibuang.
Perhitungan : Setelah pengamatan dilakukan, maka dilakukan perhitungan sebagai berikut ;
Perhitungan Daya Berkecambah (SGT ) =
Jumlah Benih Berkecambah Normal x 100%
Jumlah Benih yang dikecambahkan
Prinsip Teori ;
Daya Berkecambah Benih adalah informasi kemampuan benih tumbuh normal menjadi tanaman yang berproduksi wajar dalam keadaan biofisik lapangan yang serba optimum.
Daya berkecambah benih dapat memberikan informasi kepada pemakai benih akan pentingnya kemampuan benih untuk tumbuh normal menjadi tanaman yang berproduksi wajar dalam keadaan biofisik lapangan yang serba optimum . metode perkecambahan dilaboratorium hanya menetukan persentase perkecambahan total , yang diikuti dengan pemunculan dan perkembangan struktur penting dari embrio , yang menunjukkan kemampuan tersebut akan nilai kemampuan suatu tanaman dapat berjalan normal pada kondisi lapangan yang optimum.
Sedangkan pada kecambah yang tidak menunjukkan kemampuan nya tersebut , dapat dinilai sebagai kecambah yang abnormal. Benih yang tidak mengalami masa dorman , tetapi tidak tumbuh setelah periode pengujian tertentu , akan dianggap mati. Agar hasil benih sesuai dengan keadaan laboratorium bernilai korelasi dengan keadaan kenyataan positif nantinya , ada beberapa hal yang perlu diperhatikan , yaitu :
a. Kondisi lingkungan dilaboratorium
b. Pengamatan dan penilaian baru dilakukan pada saat benih mengalami satu fase perkembangan , dimana dapat dibedakan antara kecambah normal dan abnormal
c. Pada saat pertumbuhan dan perkembangan kecambah harus sedemikian sehignga dapat mempunyai kemampuan menjadi tanaman normal dan kuat pada keadaan yang menguntungkan dilapangan.
d. Lama pengujian harus berdasarkan pada waktu yang telah ditentukan.
Sedangkan hal-hal yang diperlukan pada saat pelaksanaan uji perkecambahan antara lain, adalah :
1. Alat-alat
Meliputi : meja analisa, alat pengecambahan benih , dll
2. Substrat
3. Kondisi yang serba optimum
Seperti : aerasi, kelembapan , temperature, cahaya, dll
4. Evaluasi kecambah
Antara lain : mati, normal, abnormal
Benih yang dikatakan sebagai benih yang normal yaitu :
 Kacambah yang memiliki perkembangan sistem perakaran yang baik terutama akar primer dan untuk tanaman yang secara normal menghasilkan tanaman yang memiliki akar seminal tidak boleh kurang dari dua.
 Perkembangan hipokotil yang baik dan sempurna dengan daun yang bewarna hijau dan tumbuh baik, didalam akan muncul koleoptil atau pertumbuhan epikotil yang sempurna dari kuncu yang normal
 Memiliki satu kotiledon untuk berkecambah
 Kecambah yang busuk akibat infeksi oleh kecambah lain , akan dianggap normal , kalau jelas pada bagian-bagian penting dari kecambah tersebut semua masih ada.
Sedangkan untuk benih yang dikatakan abnormal, yaitu :
 Kecambah nya telah rusak, tanpa kotiledon , embrio yang pecah dan akar primer yang pendek
 Kecambah yang terbentuknya cacat, perkembangan nya lemah , atau kurang seimbang antara bagaian –bagian penting dari tanaman tersebut
 Plumula yang berputar , hipokotil, epikotil, kotiledon yang membengkok, akar yang pendek, dengan koleopltil yang pecah atau tidak mempunyai daun , kecambahnya kerdil
 Kecambah yang tidak membentuk kloropil
 Kecambah yang lunak
Serta pada katagori benih yang mati, yaitu ;
Criteria ini ditunjukkan untuk benih yang busuk sebelum berkecambah atau tidak tumbuh setelah jangka waktu pengujian yang ditentukan , tetapi bukan dalam keadaan dorman.
7. Hasil





Benih kedelai yang dipergunakan sebagai bahan pratikum pada lot 1










Kertas yang dibasahkan dan biji kedelai yang disusun di atas kertas













Benih kedelai yang telah selesai digulung dengan metode UKD p











Benih yang telah dimasukkan ke germinator


























Daya berkecambah benih kedelai yang berumur 2 hari














Benih abnormal dan berjamur



















Benih kedelai normal


Maka didapat nilai SGT pada hari ke 4 yaitu:
No/ ulangan Benih normal Benih abnormal Berjamur
1 14 7 4
2 8 7 3
3 12 8 1

Dan pengamatan SGT pada hari ke 2 yaitu :
No/ ulangan Benih normal Benih abnormal Berjamur
1 17 3 5
2 17 4 3
3 21 4 -



Sedangkan daya berkecambah (SGT) yaitu :
 SGT lot 1 ulangan 1 pada hari 2 dan 4 , yaitu:
Jumlah benih yang berkecambah normal = 17 kecambah normal (pada hari ke-2)
Lot 1= jumlah benih berkecambah normal X 100 %
Jumlah benih yang ditanamkan /yang dikecambahkan
= 17 X 100 %
25
= 68 %
Jumlah benih yang berkecambah normal = 14 kecambah normal (pada hari ke-4)
Lot 1= jumlah benih berkecambah normal X 100 %
Jumlah benih yang ditanamkan /yang dikecambahkan
= 14 X 100 %
25
= 56 %

 SGT pada lot 2 ulangan 2 hari ke 2 dan 4
Jumlah benih yang berkecambah normal = 17 kecambah normal (pada hari ke-2)
Lot 2= jumlah benih berkecambah normal X 100 %
Jumlah benih yang ditanamkan /yang dikecambahkan
= 17 X 100 %
25
= 68 %
Jumlah benih yang berkecambah normal = 8 kecambah normal (pada hari ke-4)
Lot 2= jumlah benih berkecambah normal X 100 %
Jumlah benih yang ditanamkan /yang dikecambahkan
= 8 X 100 %
25
= 32 %

 Sedangkan SGT pada lot 1 dan ulangan 3 saat hari ke 2 dan 4 , ialah :
Jumlah benih yang berkecambah normal = 21 kecambah normal (pada hari ke-2)
Lot 3= jumlah benih berkecambah normal X 100 %
Jumlah benih yang ditanamkan /yang dikecambahkan
= 21 X 100 %
25
= 84 %
Jumlah benih yang berkecambah normal = 12 kecambah normal (pada hari ke-4)
Lot 3= jumlah benih berkecambah normal X 100 %
Jumlah benih yang ditanamkan /yang dikecambahkan
= 12 X 100 %
25
= 48 %

 Rata- rata pertumbuhan kecambah antar ulangan ialah :
62% + 50 % +66 %
3
= 59 %
Pembahasan
Berdasarkan data dan gambar dan hasil pencarian diatas, maka dapat kita simpulkann bahwa benih yang dipergunakan pada saat pengambilan sampel , merupakan Pengambilan contoh yaitu langkah pertama yang penting dalam pengujian benih. Pengambilan contoh dilakukan dengan mengambil bagian kecil benih dari lot benih secara acak agar mewakili lot benih.
Dan berdasarkan data diatas pula, didapat kan data bahwa benih normalnya memiliki persentase yang tinggi, yaitu 59 %, dimana benih normal merupakan benih yang memiliki semua struktur kecambah penting yang berkembang baik. Panjang kecambah harus paling tidak dua kali panjang benihnya. Kecambah harus dalam keadaan sehat. Sedangkan Kecambah abnormal adalah kecambah yang tidak memperlihatkan potensi untuk berkembang menjadi kecambah normal.
Pengujian daya kecambah benih adalah menguji kemampuan benih berkecambah secara normal dari sejumlah benih pada jangka waktu yang telah ditentukan. Pengujian daya kecambah merupakan salah satu jenis pengujian mutu benih secara fisiologis, yang dalam pelaksanaannya di laboratorium dapat mengamati secara lansung kecambah yang tumbuh normal dari sejumlah benih yang diuji.
Pengujian daya kecambah merupakan salah satu jenis pengujian mutu benih secara fisiologis, yang dalam pelaksanaannya di laboratorium dapat mengamati secara lansung kecambah yang tumbuh normal dari sejumlah benih yang diuji.
Adapun tujuan dilakukannya pengujian daya kecambah antara lain :
1. Untuk menilai kualitas benih Parameter yang dipakai untuk menilai kualitas benih salah satunya adalah persentase daya kecambah. Semakin tinggi nilai persentase daya kecambah berarti semakin tinggi nilai kualitasnya.
2. Untuk mendapatkan informasi tentang nilai pertumbuhan benih di lapangan. Dengan diketahui persentase daya kecambah suatu benih, maka pemakai benih akan dapat menilai berapa benih yang tumbuh dari sejumlah benih yang ditanam di lapangan.
3. Untuk menghitung kebutuhan benih dalam penanaman. Dengan mengetahui persentase daya kecambah dan jarak tanam, maka kebutuhan benih yang akan ditanam dalam luasan tertentu dapat ditentukan.
Agar persentase perkecambahan dari metode pengujian daya kecambah di laboratorium berkorelasi positif dengan kenyataan di lapangan, maka kita menggunakan germinator sebagai alat dalam uji daya kecambah, adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain:
a. Kondisi lingkungan di laboratorium harus standar sehingga dapat menguntungkan bagi perkembangan benih berkecambah.
b. Pengamatan dan penilaian dilakukan pada kecambah saat kecambah mencapai suatu fase perkembangan agar tampak perbedaan antara kecambah normal dan abnormal
c. Pertumbuhan dan perkembangan kecambah harus dapat mewujudkan struktur-strukturnya sehingga dapat dinilai mempunyai kemampuan tumbuh yang baik pada kondisi lapangan yang sesuai. Faktor lingkungan yang mendukung perkecambahan benih. Syarat dari suatu benih dapat berkecambah dengan baik, apabila keadaan lingkungannya mendukung. Namun dari masing-masing benih menghendaki lingkungan yang berbeda untuk perkecambahan. Agar dalam pelaksanaan pengujian daya kecambah dapat terstandar maka beberapa faktor lingkungan yang mendukung perkecambahan harus diperhatikan, antara lain :
1) Air
2) temperature
3) oksigen
4) cahaya


Kesimpulan
Daya Berkecambah Benih adalah informasi kemampuan benih tumbuh normal menjadi tanaman yang bias tumbuh dalam keadaan biofisik lapangan yang serba optimum. Benih pada lot 1 dapat dikatakan bahwa benih yang dipakai memiliki daya kecambah yang tinggi, dan dapat kita simpulkan bahwa benih kedelai ini dapt di tanamam dalam kondisi apapuyn baik dari segi lingkungan yang eksternal ( seperti keadaan lingkunan germinator ) dan internal ( mutu dan kualitas benih )





Judul : Uji Kecepatan Berkecambah ( Index Value Test )
Tujuan Praktikum : 1.Menentukan presentasi dari perkecambahan benih.
2.Untuk menentukan daya berkecambah benih ( seed vigor)
Bahan dan Alat : benih kedelai dan media kertas, germinator, plastic, pensil air , semprotan air,dll
Prosedur : 1. Benih dikecambahkan seperti cara SGT dengan metode UKDp sebanyak 150 benih dengan 3 kali ulangan.
2.Pengamatan dilakukan setiap hari dengan kriteria benih berkecambah dua kali panjang benih. Pengamatan dilakukan selama hari yang diperlukan ( tidak ada perkecambah lagi)
3.Setalah itu dilakukan perhitungan Index Value Test ( IVT )
IVT = ∑ Benih Berkecambah
Hari Berkecambah
Prinsip Teori ;
Uji kecepatan berkecambah atau tumbuh benih dapat di golongkan kedalam daya vigor benih. Vigor merupakan kekuatan tumbuh benih pada kondisi lingkungan yang sub optimum. Benih yang memiliki vigor tinggi apabila benih mampu tumbuh pada keadaan yang sub optimum, atau tidak mendukung.
Pengujian kecepatan berkecambah atau tumbuh benih ini dapat di lakukan dengan media buatan seperti pada kertas substrat. Benih akan semakin cepat berkecambah bila benih memiliki kualitas dan mutu benih yang tinggi, selain itu juga keadaan yang mendukung untuk benih berkecambah akan mempercepat proses perkecambahan.
Dari adanya kenyataan bahwa benih yang kecepatan berkecambahnya tinggi, maka tanaman yang akan di hasilkan akan lebih tahan terhadap keadaan atau lingkungan yang kurang menguntungkan. Dengan demikian jelas bahwa kecepatan berkecambah merupakan factor penting dari vigor, serta memberi indeks vigor dari setiap kelompok benih.






Hasil ;







Benih kedelai yang telah selesai digulung dengan metode UKD p








Benih yang telah dimasukkan ke germinator


















Daya berkecambah benih kedelai yang berumur 2 hari










Benih kedelai normal


Maka didapat nilai IVT pada ulangan 1, yaitu :
Hari ke- Benih yang memiliki panjang dua kali panjang benih
1 0
2 17
3 0
4 14

IVT pada ulangan 2, yaitu :
Hari ke- Benih yang memiliki panjang dua kali panjang benih
1 0
2 17
3 0
4 8






IVT pada ulangan 3, yaitu :
Hari ke- Benih yang memiliki panjang dua kali panjang benih
1 0
2 21
3 0
4 12
Keterangan :

Pada hari ke tiga tidak memasukkan datanya , dikarena pada hari itu adalah hari kamis data yang kami peroleh hampir sama dengan hari ke dua, maka dari itu datanya tidak kami masukkan .
• Jumlah total kecambah dua kali panjang benih perulangan
= kecambah ulangan 1 + ulangan 2 + ulangan 3
= ( 17 +14) + (17 + 8 ) + ( 21 + 12 )
= 31 + 25 + 33
=89

• Maka nilai IVT pada ulangan 1, 2, dan 3 , yaitu
IVT = jumlah benih berkecambah
Jumlah hari berkecambah
= 89
4
= 22,25
Pembahasan
Dari data diatas, maka dapat dikatakan benih yang memiliki daya kecepatan berkecambah yaitu kemapuan benih untuk berkecambah dengan cepat pada waktu yang telah ditentukan serta mengamati keserentakan benih ini muncul. dalam hal ini , terdapatlah benih yang normal. Benih dikatakan berkecambah normal ialah benih yang memiliki perkembangan system perakaran yang baik terutama akar primer , terdapat pula perkembangan jaringan dan hipokotilnya serta pertumbuhan plumulanya pun dikatakan baik sehingga dapat menopang perkecambahannya hingga menjadi cepat.
Sedangkan benih lain yang tidak normal, dapat dikatakan bahwa benih itu berkecambah secara abnormal dan mati. Dimana dalam proses perkecambahannya, benih itu pertumbuhannya sedikit lebih rendah dibandingkan benih dengan kecambah yang normal . dapat berupa kecambah nya yang rusak, tanpa kotiledon, kecambah yang bentuknya cacat, busuk, dsb.
Benih yang tidak tumbuh ini kemungkinan mempunyai factor gentik atau factor fisik yang tidak bisa untuk melakukan proses perkecambahan dan oleh factor lingkungan .
Adapun factor – factor yang mempengaruhi kecepatan benih untuk berkecambah , yaitu :
1. Suhu
2. Kelembapan
3. Oksigen
4. Cahaya

Kesimpulan
Kecepatan berkecambah benih dapat menentukan kualitas dan mutu benih , dimana dalam hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa factor seperti keadaan kualitas benih itu sendiri baik dari segi fisik maupun genetinya yang tidak mampu untuk melakukan perkecambahan, suhu, kelembapan. Oksigen, temperature, dan lain- lain.

Judul ; Uji Keserempakan Benih
Tujuan ; Untuk menentukan kekuatan tumbuh tumbuh ( seed vigor ) benih yang di uji
Bahan dan alat ; Benih kedelai, germinator, kertas stensil, pensil copy, dan lain-lain
Prosedur ; 1. Sama seperti uji daya berkecambah ( praktikum VIII), tetapi bedanya disini memakai metode UKDdp, di buat 4 ulangan.
2. Pengamatan dilakukan 5 x 24 jam, 4 x 24 jam untuk perkecambahan normal kuat. 5 x 24 jam untuk perkecambahan lemah + kuat
Prinsip Teori ;
Uji keserempakan benih merupakan suatu metode ataupun cara menguji kemapuan benih untuk berkecambah secara serentak dan seragam dengan pertumbuhan yang normal. Dalam hal ini terdapat pengujian benih yang berperan dalam :
1. Untuk menilai kualitas benih
2. Untuk mendapatkan informasi tentang pertumbuhan benih di lapangan
3. Untuk menghitung kebutuhan benih dalam penanaman

Dalam hal ini kita menggunakan suatu pengujian Pengujian benih dapat dilakukan pada tahapan yang berbeda dari penanganan benih, pemrosesan benih dan penyimpanan benih. Tolok ukur baku seperti berat benih, kemurnian, dan perkecambahan sangatlah penting dalam perhitungan kebutuhan benih.
Karena itu, tolok ukur tersebut sangat penting bagi pengguna benih sebagai bahan pertimbangan sebelum memesan benih. Karena benih dijual berdasarkan beratnya, tolok ukur mutu benih juga merupakan tolok ukur ekonomi yang penting. Kadar air terutama sangat penting pada saat sebelum dan selama penyimpanan benih.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu disusun suatu petunjuk tenis pengujian mutu benih tanaman hutan berdasarkan kebenaran sumber benih dan mutu fisik – fisiologi benihnya salah satu caranya ialah dengan metode keserempakan benih yang memiliki harapan agar mutu dan kualitas benih yang nantinya akan ditanam dilapangan memiliki kualitas cdan mutu benih.
Faktor lingkungan yang mendukung perkecambahan benih. Syarat dari suatu benih dapat berkecambah dengan baik, apabila keadaan lingkungannya mendukung. Namun dari masing-masing benih menghendaki lingkungan yang berbeda untuk perkecambahan. Agar dalam pelaksanaan pengujian keserempakan kecambah dapat terstandar maka beberapa faktor lingkungan yang mendukung perkecambahan harus diperhatikan, antara lain :
1) Air
Air merupakan salah satu faktor penting yang diperlukan bagi berlangsungnya proses perkecambahan benih. Banyaknya air yang diperlukan untuk masing-masing benih untuk dapat berkecambah bervariasi, tergantung kepada jenis benih. Umumnya keperluan air untuk berkecambah tidak melampaui dua atau tiga kali berat keringnya atau kadar akhir setelah mengalami imbibisi mencapai 50- 60%. Air yang diberikan pada perkecambahan benih berfungsi sebagai berikut :
• Air yang diserap oleh benih berguna untuk melunakkan kulit benih dan menyebabkan berkembangnya embrio dan endosperm
• Air berguna mengaktifkan protoplasma sehingga dapat mengaktifkan proses pencernaan, pernafasan, asimilasi dan tumbuh.
• Air sebagai alat transportasi larutan makanan dari endososperma atau cotilendon ke titik tumbuh pada embrio.
2) Temperatur
Setiap jenis benih untuk dapat berkecambah dengan baik membutuhkan temperatur yang berbeda. Umumnya benih dalam perkecambahan berada pada temperatur optimum pada kisaran antara 26,5–35 0C. Pada temperatur ini sistem enzym dapat berfungsi dengan baik dan stabil untuk waktu lama,sehingga berkecambahnya benih dapat terpacu dengan baik. Pada temperatur minimum antara 0–5 0C kebanyakan benih mengalami chilling hingga menghambat aktifitas kerja enzim sehingga benih menjadi rusak dan bahkan mati tidak berkecambah.
Untuk jenis benih tanaman musim dingin temperatur minimumnya 4,5 0C. dan untuk benih tanaman musim panas temperature minimumnya 10 – 150C. Adapun temperatur tertinggi kebanyakan benih masih dapat berkecambah adlah antara 30 – 400C, namun pada temperatur maximum antara 450C, 480C, benih tidak dapat berkecambah akibat suhu tinggi.

3) Oksigen
Benih selama masih hidup akan melakukan respirasi. Pada saat perkecambahan berlangsung proses respirasi akan meningkat yang disertai dengan meningkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan karbon dioksida air, dan energi panas. Terbatasnya persediaan oksigen akan berakibat pada proses perkecambahan menjadi terlambat.
4) Cahaya
Cahaya yang dibutuhkan untuk setiap benih dalam perkecambahan berbeda, tergantung pada jenis benih. Cahaya mempengaruhi respon perkecambahan terhadap phytochrome. Phytochrome memiliki dua bentuk yang sifatnya bolak-balik, yaitu phytokrom merah yang mengabsorpsi sinar merah dan phytochrome infra merah. Bila pada benih yang kadang berimbibisi diberikan cahaya merah maka akan menyebabkan phychrome merah berubah menjadi phytochrome infra merah. Hal ini akan menimbulkan reaksi yang merangsang perkecambahan, sebaliknya bila diberi cahaya infra merah akan menyebabkan perubahan dari phytochrome infra merah menjadi phytochrome merah yang menghambat perkecambahan.


Hasil







Benih kedelai yang telah siap dimasukkan ke germinator




















Benih kedelai pada UKS yang berumur 4 hari


Maka diperoleh data sebagai berikut :

Ulangan pada lot 1 Kecambah kedelai kuat Kecambah kedelai lemah
1 15 10
2 16 9
3 22 3


Pembahasan
Benih kecambah kuat(normal) ialah benih yang memilki daya hidup ataupun kekuatan tumbuh yang kuat yang bias mempertahankan kelangsungan hidupnya ,dimana pada keserempakan benih ini dapat dipengaruhi oleh :
a.mutu dan daya benih kedelai yang digunakan (genetic dari benih kedelai itu sendiri)
b. kadar air benih
c. suhu dan tempat pelaksanaan penanaman benih,dsb
Mutu benih yang memiliki kecambah dua kali lebih panjang dari benih awalnya, dan memiliki keserempakan daya tumbuh yang tinggi ,memiliki system perakaran yang baik, hipokotilnya membuka secara sempurna, tidak terdapat kerusakan pada jaringannya, plumulanya tumbuh dengan baik, maka dapat dikatakan sebagai benih yang memiliki kecambaah kuat. Didalam tubuh benih itu sendiri terdapat pula vigor atau kekuatan tumbuh benih yang dapat memberikan informasi akan kemungkinan kemampuan benih yang tinggi untuk dapat tumbuh menjadi tanaman yang normal dan berproduksi secara wajar, meskipun keadaan biofisik lapangan produksi dalam keadaan yang optimum.
Bila contoh benih yag menggunakan substrat kertas, terdapat benih yang tidak mampu untuk melangsungkan hidupnya dan tidak dapat dinilai, kecambahnya rusak, bentuknya cacat,dan terdapat gigitan hama maupun penyakit, tidak memiliki keserempakan tumbuh karena ia busuk maupun pertumbuhannya abnormal, maka benih itu dapat dikatakan sebagai kecambah lemah.

Kesimpulan
Benih yang memiliki keserempakan daya tumbuh tinggi, dapat dinamakan sebagai benih yang tumbuh secara normal dan berdiri secara sempurna , sedangkan benih yang tidak mampu menjalankan kehidupannya dengan cara penyesuaian hidup yang sama dengan tanaman-tanaman yang lainnya, maka benih maupun kecambahnya dinamakan kecambah yang lemah. Perbedaan kemampuan dalam keserempakan daya tumbuhnya ini dapat disebabkan oleh factor genetic pada benih kedelai itu sendiri mapupun factor lingkungannya. Dengan adanya uji keserempakan benih ini, diharapkan kita dapat mengetahui mutu dan kualitas benih yang dapat tumbuh secara serentak, sehingga didalam penerapan dilapangan nya tidak menghadapi kendala yang cukup berat, baik dalam awal proses penanaman hingga sampai saat pemanenan dan kita akan mendapatkan hasil yang maksimal.



Judul ; Uji Kekuatan Tumbuh Benih Terhadap Kekeringan.
Tujuan ;Untuk mengetahui ketahanan benih terhadap kekeringan dan selinitas tinggi.
Bahan dan alat ; Benih padi, kedelai dan jagung. Germminator, kertas stensil, pinset, garam dapur (NaCl).
Prosedur :1.Buat 58,5 g NaCl per liter (1 M) setara dengan 49,2 atm tekanan osmose, NaCl 0,2 M (11,7 g NaCl per liter air) yang setara dengan 7,6 atm tekanan osmose.
2.Substrat kertas direndam dalam larutan garam NaCl sampai merata Sebanyak 3lembar.
3.Taburkan benih diatas kertas tersebut masing-masing sebanyak 25 butir dengan memakai metode UKDdp, dibuat 4 ulangan.
4.Kemudian dikecambahkan pada alat perkecambahan (germinator).
5.Lakukan penyempotan dengan larutan garam, agar kondisi tetap lembab.
6.Sebagai indikator dibuat pembanding sebagai control (substrat dibasahi dengan air biasa).
Pengamatn ;Pengamatan hanya dilakukan satu kali yaitu 5 x 24 jam terhadap kecambah normal, kuat, lemah, mati.
Perhitungan :
(%) perkecambahan = x 100 %
Kecambah normal = normal kuat + normal lemah

Teori ;
Kekutan tumbuh benih adalah kemampuan benih untuk berkecambah normal dalam kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan, sehingga diharapkan benih tersebut dapat menjadi tanaman normal meskipun kondisi lingkungan sib optimum.
Pada tanah yang mengandung kadar garam tinggi, terutama NaCl dapat menyababkan terhambatnya perkecambahan, hal ini terutama disebabkan oleh pengaruh tekanan osmose.
Semakin tinggi konsentrasi atau kental larutan itu (garam/NaCl) maka tekanan osmose yang semakin tinggi, dengan demikin semakin banyak molekul-molekul air diikat oleh NaCl tersebut, sehingga semakin sedikit air yang masuk ke dalam benih dalam proses imbibisinya.
Metode tekanan osmose tinggi dapat digunakan untuk menduga ketahanan benih terhadap salinitas. Benih yang kuat dapat tumbuh dengan kuat dan baik serta merata dalam kondisi kekurangan air, sedangkan benih yang tidak kuat tidak akan tumbuh.
Penilaian kekuatan tumbuh benih digolongkan atas kecambah kuat, kurang kuat, abnormal, dan mati. Untuk memudahkan penilaian kelompok kecambah yang dinilai, terlebih dahulu digolongkan atas kecambah kuat dan krang kuat. Kecambah yan abnomal digolongkan sebagai mati.
Penilaian kuat dan kurang kuat dilakukan dengan membandingkan kecambah satu dengan lainnya dalam satu substrat. Benih-benih yang dapat berkecambah normal dalam kondisi larutan NaCl yang demikian diharapkan juga dapat berkecambah normal dalam keadaan lingkungan kekeringan. Disamping itu juga dapat digunakan untuk uji pertanaman di daerah rawa dimana pada daerah ini salinitasnya tinggi.

Hasil ;








Benih kedelai pada lot 1 yang akan dipergunakan untuk uji kekuatan tumbuh benih














Benih kedelai siap ditaruh diatas kertas yang telah direndam dengan larutan garam 1M dan 0,2M









Benih kedelai sudah selasai digulung dengan menggunakan mettode UKDdp








Benih kedelai telah dimasukkan kedalam germinator













Benih kedelai pada saat berkecambah 5 hari (1M dan 0,2M)







Kecambah normal





Kecambah yang mati dan berjamur












Dan diperoleh data perhitungan sebagai berikut :
a. Pada konsentrasi 58,5 gram (1M)
Semua benih kedelai, tidak ada yang berkecambah dan kecambanya pun mati .
b. Pada konsentrasi 11,7 gram (0,2M)
Ulangan Jumlah kecambah
Normal Jamuran Mati
1 6 7 12
2 6 7 12
3 2 11 12
jumlah 14 25 36


Persen perkecambahan = normal x 100 %
Jumlah benih yang dikecambahkan

Jumlah keseluruhan benih yang dikecambahkan = 3 ulangan x 25 benih kedelai perulangan = 75 benih kedelai yang dikecambahkan
Maka persen perkecambahan untuk konsentrasi 11,7 gram NaCL ialah :
= 14 x 100 %
75
= 19 %
Sedangkan untuk konsentrasi 58,5 gram NaCL ialah
= 0 x 100 %
75
= 0



Pembahasan
Benih yang baik ialah benih yang memiliki kekuatan tumbuh yang tinggi. Pada saat konsentrasi garam atau NaCL tinggi, pertumbuhan kecambah menjadi terhambat karena dipengaruhi oleh tekanan osmose, dan molekula air yang terikat menjadi tinggi serta berdampak pada jumlah air yang masuk kedalam benih pada saat proses imbibisi menjadi rendah. Benih tidak mampu untuk melangsungkan hidupnya, yang ditandai dengan data diatas, bahwa benih yang ditanam pada konsentrasi 58,5 gram (1 M) , tidak terdapat benih yang tumbuh satu pun. Hal ini dapat dipengaruhi oleh adanya perbedaan konsentrasi tadi serta NaCL terlalu tinggi maka benih kedelai ini tidak mampu untuk melakukan kelangsungan hidupnya.
Sedangkan pada konsentrasi NaCL 11,7 gram, terdapat benih yang berkecambah meskipun dalam jumlah yang relative sedikit. Hal ini pula dapat dipengaruhi oleh adanya NaCL yang dapat menghambat pertumbuhan kecamabah benih kedelai ini.
Adapun yang menjadi penilaian dari kekuatan tumbuh benih terhadap kekeringan ini, ada beberapa yang menjadi pola dalam penilaian , seperti kecambah kuat, kurang kuat dan mati, dan memiliki akar yang relatip lambat muncul. Kecambah kuat ialah kecambah yang memiliki pertumbuhan yang baik, dengan panjang 2 kali dari panjang kotiledonnya ( memiliki pertumbuhan yang dianggap lebih dari kecambah lainnya ), sedangkan pada kecambah kurang kuat ialah kemapuan benih untuk berkecambah , namun pada satu titik pertumbuhannya terhambat. Dan untuk pertumbuhan yang abnormal, kecambah itu dianggap mati. Yang berarti benih tidak mampu berkecambah pada kondisi tersebut, yang dapat disebabkan oleh vigor dari tanaman itu sendiri, maupun konsentrasi NaCL pada kecambah .

Kesimpulan
Kekuatan tumbuh benih merupakan kemampuan benih untuk berkecambah normal dalam kondisi lingkungan yang kurang meguntungkan. Pengaruh konsentrasi garam yang tinggi dapat menghambat pertumbuhan kecambah beniuh kedelai , karena dapat mempengaruhi tekanan osmose dari tanaman bila dibandingkan dengan menggunakan konsentrasi garam yang rendah , dan dapat dibuktikan dengan adanya data- data yang diperoleh .
Daftar pustaka
Aryunis , ir , dkk 2009. Penuntun Pratikum Teknologi Benih . Fakultas
Pertanian Universitas Jambi, Jambi
Sutopo , lita. 1993. Teknologi Benih . Fakultas Pertanian UNIBRAW . Pt
raja grafindo Persada , Jakarta
Kamil , jurnalis . 1979 . Dasar Teknologi Benih . Angkasa Raya , Padang .
www. Google. com
Nasrudin. 2009. Kecambah normal dan abnormal. http://teknologibenih.blogspot.com/2009/08/yang-dimaksud-kecambah normal -abnormal-ialah.html

Sabtu, 20 Februari 2010

praktikum jagung

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari biji), dibuat tepung (dari biji, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung biji dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi.
Kebutuhan akan konsumsi jagung di Indonesia terus meningkat. Hal ini didasarkan pada makin meningkatnya tingkat konsumsi perkapita per tahun dan semakin meningkatnya jumlah penduduk Indonesia. Jagung merupakan bahan dasar / bahan olahan untuk minyak goreng, tepung maizena, ethanol, asam organic, makanan kecil dan industri pakan ternak. Pakan ternak untuk unggas membutuhkan jagung sebagai komponen utama sebanyak 51, 4 %. Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif.
Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan. Berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia dan Afrika melalui kegiatan bisnis orang-orang Eropa ke Amerika. Sekitar abad ke-16 orang Portugal menyebarluaskannya ke Asia termasuk Indonesia. Orang Belanda menamakannya mais dan orang Inggris menamakannya corn.




1.2 Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk :
1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk kandang sapi dan pupuk kandang ayam dengan dosis yang berbeda pada tanaman jagung.
2. Untuk mengamati pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung (Zea mays L.) yang tidak diberi pupuk (kontrol), diberi pupuk kandang dengan dosis 6 kg dan 12 kg per petak, dan diberi pupuk kandang ayam dengan dosis 6 kg dan 12 kg per petak.
3. Memenuhi syarat 1 SKS praktikum mata kuliah Pertanian Organik
4. Untuk Mengetahui perkembnagn jagung setiap minggunya



1.3 Kegunaan
1. Diharapkan hasil praktikum ini dapat bermamfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan untuk praktikum yang sejenis di tahun mendatang.
2. Sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Jambi.
3. sebagai salah satu syarat mengontrak mata kuliah pertanian organik
4. sebagai syarat untuk mengikuti ujian akhir semester pertanian organik.












BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. BOTANI TANAMAN JAGUNG MANIS

Tanaman jagung manis termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays saccaharata. Secara umum,klasifikasi dan morfologi dari tanaman jagung manis sebagai berikut:
Klasifikasi Tanaman

Kingdom : Plantae ( tumbuh-tumbuhan )
Divisi : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji )
Subdivisi : Angiospermai ( berbiji tertutup )
Kelas : Monocotyledone ( berkeping satu )
Ordo : Graminae ( rumput-rumputan )
Famili : Graminaceae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays saccarata

Morfologi Tanaman

Jagung merupakan tanaman berakar serabut yang terdiri dari tiga tipe akar, yaitu akar lateral, akar adventif, dan akar udara. Akar seminal tumbuh dari radikula dan embrio.akar adventif disebut juga akar tungang.akar ini tumbuh dari buku paling bawah,yaitu sekitar 4 cm dibawah, yaitu sekitar 4 cm dibawah permukaan tanah. Sementara akar udara adalah akar yang keluar dari dua atau lebih buku terbawah dekat permukaan tanah. Perkembangan akar jagung tergantung dari varietas, kesuburan tanah,faktor lingkungan dan keadaan air tanah.
Batang jagung tidak bercabang, berbentuk silinder,dan terdiri dari beberapa ruas dan buku ruas. Pada buku ruas akan muncul tunas yang berkembang menjadi tongkol. Tinggi batang jagung tergantung varietas dan tempat penanaman,umumnya berkisar 60 – 300 cm.
Daun jagung memanjang dan keluar dari buku-buku batang. Jumlah daun terdiri dari 8 – 12 helai tergantung varietasnya. Daun terdiri atas tiga bagian yaitu kelopak daun, lidah daun, dan helaian daun. Kelopak daun umumnya membungkus batang. Antara kelopak dan helaian daun terdapat lidah daun yang disebut ligula. Ligula ini berbulu dan berlemak.fungsi dari ligula adalah mencegah air masuk kedalam kelopak dan batang.
Bunga jagung tidak memiliki petal dan sepal sehingga disebut tidak lengkap. Bunga jagung juga termasuk bunga sempurna karena bunga jantan dan betina berada pada bunga yang berbeda. Bunga jantan terdapat pada ujung batang. Adapun bunga betina terdapat diketiak daun ke-6 atau ke-8 dari bunga jantan.
Penyerbukan pada jagung terjadi bila serbuk sari dari bunga jantan jatuh dan menempel pada rambut tongkol bunga betina. Pada jagung umumnya terjadi penyerbukan silang ( cross pollinated crop ). Penyerbukan terjadi dari serbuk sari tanaman lain. Sangat jarang terjadi penyerbukan yang serbuk sarinya bersal dari tanaman jagung itu sendiri.
Biji jagung tersusin rapi pada tongkol. Dalam satu tongkol terdapat 200 -400 biji. Biji jagung terdiri dari bagian, bagian paling luar disebut periscarp. Bagian atau lapisan kedua yaitu endosperm yang merupakan cadangan makanan biji, sementara bagian paling dalam yaitu embrio atau lembaga.

SYARAT TUMBUH JAGUNG (Zea Mays L.)
Tanaman jagung mempunyai kemampuan beradaptasi terhadap tanah, baik jenis tanah lempung berpasir maupun tanah lempung dengan pH tanah 6 -8. Temperatur untuk pertumbuhan optimal jagung antara 24-30 °C. Tanaman jagung pacta masa pertumbuhan membutuhkan 45-60 cm air. Ketersediaan air dapat ditingkatkan dengan pemberian pupuk buatan yang cutup untuk meningkatkan pertumbuhan akar, kerapatan tanaman serta untuk melindungi dari rumput liar dan serangan hama.
Jagung ini kebanyakan ditanam di dataran rendah baik, sawah tadah hujan maupun sawah irigasi. Sebahagian terdapat juga di daerah pergunungan pada ketinggian 1000- 1800 m di atas permukaan laut.

a. Tanah
Tanah yang dikehendaki adalah gembur dan subur, kerana tanaman jagung memerlukan aerasi dan pengairan yang baik. Jagung dapat tumbuh baik pada berbagai macam tanah. Tanah lempung berdebu adalah yang paling baik bagi pertumbuhannya. Tanah-tanah berat masih dapat ditanami jagung dengan pengerjaan tanah lebih sering selama pertumbuhannya, sehingga aerasi dalam tanah berlangsung dengan baik.
Air tanah yang berlebihan dibuang melalui saluran pengairan yang dibuat diantara barisan jagung. Kemasaman tanah (pH) yang terbaik untuk jagung adalah sekittir 5,5 – 7,0. Tanah dengan kemiringan tidak lebih dari 8% masih dapat ditanami jagung dengan arah barisan tegak lurus terhadap miringnya tanah, dengan maksud untuk mencegah keganasan erosi yang terjadi pada waktu turun hujan besar,

b. Iklim
Faktor-faktor iklim yang terpenting adalah jumlah dan pembagian dari sinar matahari dan curah hujan, temperatur, kelembaban dan angin. Tempat penanaman jagung harus mendapatkan sinar matahari cukup dan jangan terlindung oleh pohon-Pohonan atau bangunan. Bila tidak terdapat penyinaran dari matahari, hasilnya akan berkurang. Temperatur optimum untuk pertumbuhan jagung adalah antara 23 – 27 C.
1.2 Ciri-ciri tanaman Jagung
Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan. Meskipun beberapa varietasdapat menghasilkan anakan (seperti padi), pada umumnya jagung tidak memiliki kemampuan ini.
Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman.
Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin.
Biji jagung kaya akan karbohidrat. Sebagian besar berada pada endospermium. Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya berupa campuran amilosa dan amilopektin. Pada jagung ketan, sebagian besar atau seluruh patinya merupakan amilopektin. Perbedaan ini tidak banyak berpengaruh pada kandungan gizi, tetapi lebih berarti dalam pengolahan sebagai bahan pangan. Jagung manis tidak mampu memproduksi pati sehingga bijinya terasa lebih manis ketika masih muda.
1.3 Pedoman Budidaya Tanaman Jagung
Benih Benih diambil hanya dari tanaman dan tongkol yang baik dan sehat saja. Pilihlah tongkol-tongkol yang besar, barisan biji lurus dan penuh, tertutup rapat - oleh kelobotnya, dan cukup tua. Dari tongkol.-tongkol terpilih, pisahkanlah biji-biji kecil yang terdapat pada bagian pangkal dan ujung dari tongkol. Hanya biji yang rata besarnya dan sehat saja diambil sebagai benih. Bila jumlah tongkol terpilih sangat terbatas, dapat juga digunakan semua biji yang terdapat pada tongkol tersebut. Benih harus cukup sehat dan kering, bertenaga tumbuh lebih dari 90%, murni dan bebas dari kotoran. Pada dewasa ini terdapat benih-benih varitas unggul yang cocok untuk dataran rendah dengan umur dipanen (110 hari), seperti, Harapan, Metro, Bogor Composite-2 dan yang berumur ,genjah adalah: Penjalinan, Genjah, Kretek, Genjah Kertas, Bogor Comopsit-10, dll dan untuk.dataran tinggi adalah: Bastar Kuning, Bima, Pandu Kimia Putih" Rocol dan lain-lain., Waktu tanam. Waktu tanam yang baik adalah sebagai berikut: a. Ditegalan, jagung ditanam pada musim labuhan/ permulaan musim hujan yaitu. pada bulan September/Nopember. Pengerjaan tanah hendaknya dilakukan jauh sebelumnya, sehingga tanah dalam keadaan siap tanam. Pada waktu hujan sudah mulai turun. Kelambatan penanaman jagung labuhan sampai dengan bulan Desember mengakibatkan tanaman menderita serangan penyakit bulai (Downy mildew) yang berat dan dapat mengakibatkan kegagalan total. Penanaman jagung ditegalan dapat pula dilakukan, pada musim. marengan/saat musim hujan hampir berakhir, pada bulan Februari - April. b. Ditanah sawah biasanya jagung ditanam dalam tiga musirn yaitu pada musim labuhan, sebelum padi musim penghujan ditanam, pada musim marengan setelah padi musim penghujan dipanen dan juga pada musim kemarau. Untuk peneneman musim labuhan sebaiknya digunakan varitas Genjah atau varitas unggul agak dalam yang dipungut muda, sehingga tersedia cukup waktu untuk persiapan penanaman padi sawah. Cara bertanam dan pemeliharaan tanaman. a. Pengolahan tanah: Pada waktu pengolahan, keadaan tanah hendaknya tidak terlampau basah tetapi harus cukup lembab sehingga mudah dikerjakan, dan tidak lengket, sampai tanah menjadi cukup gembur. Pada tanah-tanah berpasir atau tanah ringan tidak banyak diperlukan pengerjaan tanah. Pada tanah-tanah berat dengan kelebihan air, perlu dibuat saluran penuntas air. Pembuatan saluran dan pembumbunan yang tepat dapat menghindarkan terjadinya genangan air yang sangat merugikan bagi pertumbuhan tanaman jagung. Pengolahan tanah untuk jagung labuhan harus tepat dan cepat dapat dilakukan karena hujan kadangkala datang lebih awal. Bilamana tidak sempat untuk mengerjakan tanah secara keseluruhan karena waktu tanam mendesak, maka pengerjaan tanah dapat dilakukan hanya pada barisan yang akan ditanami saja sedalam 15 - 20 cm sampai tanah menjadi cukup gembur.
Berdasarkan hasil penelitian pada tanah: latosol dan aridosol cara ini memberikan hasil yang tidak berbeda nyata dengan pengerjaan tanah yang biasa. b. Jarak tanam Varitas yang berbeda umurnya mempunyai optimum populasi yang berbeda. Bagi varitas yang berumur dalam (± 110 hari) seperti Harapan Bogor, Composite populasi optimum adalah ± 50.000 tanaman/ha, ditanam dengan jarak 100 x 40 cm. dengan 2 tanaman per lubang atau 75 x 25 cm dengan 1(satu) tanaman per lubang. Varitas yang berumur tengahan (80 - 90 hari) seperti Panjalinan dan Genjah Kretek, optimum populasi adalah t 70.000. tanaman/ha, ditanam dengan jarak tanam 75 x 20 cm dengan 1 (satu) tanaman per lubang. Bagi vartias yang berumur genjah (70 - 80 hari) seperti Genjah Madura, populasi dapat ditingkatkan sampai 100.000 tanaman/ha, bahkan pada tanah yang subur dapat mencapai 200.000 tanaman/ha, dengan jarak tanam 50 x 20 cm atau 50 x 10 cm dengan 1 (satu) tanaman per lubang;. Benih ditanam 2 -3 biji per lubang, kemudian diperjarang pada umur 2 - 3 minggu setelah tanam, di mana ditinggalkan tanaman yang tegap dan sehat saja sehingga mencapai populasi yang diinginkan sesuai dengan jarak tanam yang digunakan.

1.4 Hama dan Penyakit
Hama dan penyakit penting pada tanaman jagung adalah:
Hama. Lalat bibit (Atherigona exigua Stein)
Setelah 4-5 hari ditanam biasanya biji mulai tumbuh. Penyemprotan untuk mencegah/memberantas lalat bibit segera dilakukan setelah biji tumbuh dan tersembul di atas tanah. Penyemprotan dilakukan dengan interval 2-3 hari sekali. Pestisida dipergunakan adalah Basudin (Diazinon), Surecide dan lain-lain, dengan dosis 1,5- 2,5 cc/ liter air. Serangan lalat bibit ini berlangsung sampai tanaman berumur tanaman ± 3 minggu.
Ulat Agrotis (agrotis Sp ) ,
Hama ini menyerang pada waktu tanaman masih kecil. Dapat diberantas dengan cara mencari dan membunuh ulatnya, yang biasanya terdapat di dalam tanah atau sebelum ditanami, tanah diberi insektisida terlebih dahulu.
Ulat daun (Prodenia litura F).
Menyerang pupuk daun pada waktu tanaman berumur 1 (satu) bulan. Pemberantasan agar dilakukan secepatnya dengan insektisida seperti terdapat pada serangan lalat bibit.

Penggerek daun (Sesamia inferens WLK).
Menyerang pada waktu tanaman telah berbunga.
Tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan penyemprotan segera setelah terlihat adanya telur-telur yang biasanya terletak di bawah daun pada saat menjelang berbunga.




Ulat tanah (Leucania unipuncta, HAW)
Menyerang daun tanaman dewasa, biasanya pada malam hari, sampai mencapai jumlah ratusan. Penyemprotan harus dilakukan setelah gejala pertama terlihat dan jangan sampai terlambat.
Ulat tongkol (Heliothis armigera),
Merupakan, ulat perusak tongkol yang penting. Penyemprotan harus segera dilakukan bilamana terlihat telur-telur yang biasanya diletakkan pada rambut (silk) dan bakal buah atau tongkol: Secara umum, penyemprotan sebaiknya dilakukan bilaman diperlukan saja, sehingga penggunaan- pertisida lebih efisien. Waktu yang baik untuk menyemprot adalah pagi hari antara jam 06.00 – 09;00 atau sore hari jam 16.00 -18.00

Penggerek Batang jagung (Ostrinia furnacalis Guen )
(Ordo : Lepidoptera, Famili : Noctuidae)
Bioekologi
Ngengat aktif malam hari, dan menghasilkan beberapa generasi pertahun, umur imago/ngengat dewasa 7-11 hari.
Telur diletakkan berwarna putih, berkelompok, satu kelompok telur beragam antara 30-50 butir, seekor ngengat betina mampu meletakkan telur 602-817 butir, umur telur 3-4 hari. Ngengat betina lebih menyukai meletakkan telur pada tanaman jagungyang tinggi dan telur di letakkan pada permukaan bagian bawah daun utamanya pada daun ke 5-9, umur telur 3-4 hari,
Larva, larva yang baru menetas berwarna putih kekuning-kuningan, makan berpindahpindah, larva muda makan pada bagian alur bunga jantan, setelah instar lanjut menggerek batang, umur larva 17-30 hari.
Pupa biasanya terbentuk di dalam batang, berwarna coklat kemerah merahan, umur pupa 6-9 hari.
Penyakit:
Penyakit terpenting pada jagung adalah penyakit bulai, atau downy mildew (Sclerospora maydis Palm). Tanaman yang terserang- daun-daunnya herwarna kuning keputih-putihan bergaris-garis klorotis sejajar dengan arah urat daun. Pada bagian bawah daun terdapat Konidia berwarna putih seperti butiran-butiran tepung: Menyerang tanaman.muda sampai umur ± 45 hari.
Serangan pada tanaman semasa kecil sering mengakibatkan kematian: Serangan pada tanaman yang lebih besar mengakibatkan pertumbuhan tongkol yang tidak sempurna. Pemberantasan , dengan fungisida atau bahan kimia lain yang efektif sampai saat ini belum diketemukan. Usaha pemberantasannya yang dilakukan adalah dengan mencabut dan membakar tanaman yang terserang dan menanam kembali dengan varitas yang tahan. Dewasa ini terdapat beberapa. varitas yang tahan seperti DMR.S, DMR:3, dan beberapa varitas-hasil persilangan yang masih dalam pengujian (Harapan, DMR dan sebagainya).
2. Penyakit-penyakit penting yang terdapat pada jagung di antaranya adalah becak daun (Helminthosporium sp) dan karat daun (Puccinia sorghi Sehw)

1.5 Pengendalian Hama Penyakit Tanaman
a). Kultur teknis
- Pembakaran tanaman
- Pengolahan tanah yang intensif.
b). Pengendalian fisik / mekanis
- Mengumpulkan larva atau pupa dan bagian tanaman yang terserang kemudian
memusnahkannya
- Penggunaan perangkap feromonoid seks untuk ngengat sebanyak 40 buah per hektar
atau 2 buah per 500 m2 dipasang di tengah pertanaman sejak tanaman berumur 2
minggu.
c). Pengendalian hayati
Pemanfaatan musuh alami seperti : patogen Sl-NPV (Spodoptera litura – Nuclear
Polyhedrosis Virus), cendawan Cordisep, Aspergillus flavus, Beauveria bassina,
Nomuarea rileyi, dan Metarhizium anisopliae, bakteri Bacillus thuringensis, nematoda
Steinernema sp., predator Sycanus sp., Andrallus spinideus, Selonepnis geminada,
parasitoid Apanteles sp., Telenomus spodopterae, Microplistis similis, dan Peribeae sp.
d). Pengendalian kimiawi
Beberapa insektisida yang dianggap cukup efektif adalah monokrotofos, diazinon, khlorpirifos, triazofos, dikhlorovos, sianofenfos, dan karbaril apabila berdasarkan hasil pengamatan tanaman contoh, intensitas serangan mencapai lebih atau sama dengan 12,5 % per tanaman contoh. Penggerek tongkol jagung (Helicoverpa armigera Hbn. Noctuidae: Lepidotera) Imago betina H. armigera meletakkan telur pada rambut jagung. Rata-rata produksi telur imago betina adalah 730 butir, telur menetas dalam tiga hari setelah diletakkan . Larva spesies ini terdiri dari lima sampai tujuh instar .Khususnya pada jagung, masa perkembangan larva pada suhu 24 sampai 27,2oC adalah 12,8 sampai 21,3 hari. Larva serangga ini memiliki sifat kanibalisme . Spesies ini mengalami masa pra pupa selama satu sampai empat hari. Masa pra pupa dan pupa biasanya terjadi dalam tanah dan kedalamannya bergantung pada kekerasan tanah.
Pupa, pada umumnya pupa terbentuk pada kedalaman 2,5 sampai 17,5 cm. Terkadang pula serangga ini berpupa pada permukaan tumpukan limbah tanaman atau pada kotoran serangga ini yang terdapat pada tanaman. Pada kondisi lingkungan mendukung, fase pupa bervariasi dari enam hari pada suhu 35oC sampai 30 hari pada suhu 15oC.
Gejala Serangan
Imago betina akan meletakkan telur pada silk jagung dan sesaat setelah menetas larva akan menginvasi masuk kedalam tongkol dan akan memakan biji yang sedang mengalami perkembangan. Infestasi serangga ini akan menurunkan kualitas dan kuantitas tongkol jagung.



Pengendalian Hayati
Musuh alami yang digunakan sebagai pengendali hayati dan cukup efektif untukmengendalikan penggerek tongkol adalah Parasit, Trichogramma spp yang merupakan parasit telur dan Eriborus argentiopilosa (Ichneumonidae) parasit pada larva muda. Cendwan, Metarhizium anisopliae.menginfeksi larva. Bakteri, Bacillus thuringensis dan Virus Helicoverpa armigera Nuclear Polyhedrosis Virus (HaNPV). menginfeksi

larva.
Kultur Teknis
Pengelolaan tanah yang baik akan merusak pupa yang terbentuk dalam tanah dan dapat mengurangi populasi H. armigera berikutnya.
Kimiawi
Untuk mengendalikan larva H. armigera pada jagung, penyemprotan insektisida Decis dilakukan setelah terbentuknya rambut jagung pada tongkol dan diteruskan (1-2) hari hingga rambut jagung berwarna coklat.
Lalat bibit (Atherigona sp, Ordo: Diptera) Imago, Lama hidup serangga dewasa bervariasi antara lima sampai 23 hari dimana betina hidup dua kali lebih lama dari pada jantan. Serangga dewasa sangat aktif terbang dan sangat tertarik pada kecambah atau tanaman yang baru muncul di atas permukaan tanah. Imago kecil dengan ukuran panjang 2,5 mmsampai 4,5 mm, Telur Imago betina mulai meletakkan telur tiga sampai lima hari setelah kawin dengan jumlah telur tujuh sampai 22 butir atau bahkan hingga 70 butir. Imago betina meletakkan selama tiga sampai tujuh hari, diletakkan secara tunggal, berwarna putih, memanjang, diletakkan dibawah permukaan daun. Larva terdiri dari tiga instar yang berwarna putih krem pada awalnya dan selanjutnya menjadi kuning hingga kuning gelap. Larva yang baru menetas melubangi batang yang kemudian membuat terowongan hingga dasar batang sehingga tanaman menjadi kuning dan akhirnya mati.
Pupa terdapat pada pangkal batang dekat atau di bawah permukaan tanah, umur pupa 12 hari pada pagi atau sore hari. Puparium berwarna coklat kemerah-merahan sampai coklat dengan ukuran panjang 4,1 mm.

Kultur Teknis dan Pola Tanam
Oleh karena aktivitas lalat bibit hanya selama satu sampai dua bulan pada musim hujan maka dengan mengubah waktu tanam, pergiliran tanaman dengan tanaman bukan paditanaman dengan tanaman bukan padi, tanam serempak serangan dapat dihindari.
Pengendalian dengan insektisida dapat dilakukan dengan perlakuan beni (seed dressing) yaitu thiodikarb dengan dosis 7,5-15 g b.a./kg benih atau karbofuran dengan dosis 6.kg benih. Selanjutnya setelah tanaman berumur 5-7 hari, tanaman disemprot dengan karbosulfan dengan dosis 0,2 kg b.a./ha atau thiodikarb 0,75 kg b.a/ha. Penggunaan insektisida hanya dianjurkan di daerah endemik . Sitophilus zeamais (Motsch) , Coleoptera, Curculionidae
BioekologiSitophilus zeamais Motsch dikenal dengan maize weevil atau kumbang bubuk, dan merupakan serangga yang bersifat polifag, selain menyerang jagung, juga beras, gandum, kacang tanah, kacang kapri, kacang kedelai, kelapa dan jambu mente, S. zeamais lebih dominan terdapat pada jagung dan beras. S. zeamais merusak biji jagung dalam penyimpanan dan juga dapat menyerang tongkol jagung yang masih berada di pertanaman. Telur diletakkan satu per satu pada lubang gerekan didalam biji, Keperidian imago sekitar 300-400 butir telur; stadia telur kurang lebih enam hari pada suhu 250C Larva kemudian menggerek biji dan hidup di dalam biji, umur kurang lebih 20 hari pada suhu 250C dan kelembaban nisbi 70%. Pupa terbentuk di dalam biji dengan stadia pupa berkisar 5-8 hari. Imago yang terbentuk berada di dalam biji selama beberapa hari sebelum membuat lubang keluar. Imago dapat bertahan hidup cukup lama yaitu dengan makan sekitar 3-5 bulan jika tersedia makanan dan sekitar 36 hari jika tanpa makan. Siklus hidup sekitar 30-45 hari pada kondisi suhu optimum 290C, kadar air biji 14% dan kelembaban nisbi 70%. Perkembangan populasi sangat cepat bila bahan simpanan kadar airnya di atas 15%.





Cara pengendalian secara alami
Pengelolaan tanaman Serangan selama tanaman di lapangan dapat terjadi jika tongkol terbuka, sehingga..Tanaman yang kekeringan, dengan pemberian pupuk yang rendah menyebabkan tanamanmudah terserang busuk tongkol sehingga dapat diinfeksi oleh kumbang bubuk. Panen yang tepat pada saat jagung mencapai masak fisiologis, Panen yang tertunda dapat menyebabkan meningkatnya kerusakan biji di penyimp

1.6 KAREKTERITIS JAGUNG MANIS

Dilihat dari penampilan fisiknya, tanaman jagung manis tidak berbeda dengan tanaman jagung normal,tetapi umumnya lebih pendek,batang dan tongkollebih kecil,lebih genjah, tassel berwarna putih kekuning-kuningan dan rambut kuning. Sifat penampilan yang demikian karena seleksi diarahkan pada ukuran tongkol yang disukai konsumen ( 4-5 tongkol /kg ) dan biji yang kuning bersih dari warna rambut yang coklat /merah.
Rasa lebih manis pada jagung manis disebabkan tingginya kadar gula pada endosperm ( 5 – 6 % ) jika dibandingkan dengan jagung biasa ( 2 – 3 % ). Kadar pati sekitar 10- 11 % dan kadar air sekitar 70 %.
Bila dipanen kering biji jagung manis keriput dan ringan sekali ( 100 biji jagung Arjuna ± 27 g, 100 biji jagung manis ( 10 g ).ini yang menyebabkan keperluan benih persatuan luas jauh lebih rendah dibandingkan jagung normal. Bila jagung normalperlu 15 – 20 kg/ha,maka jagung manis cukup 5 – 6 kg/ha.









BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Budidaya Tanaman Pangan Utama ini dilaksanakan dari tanggal 18 Oktober 2009 sampai 05 Desember 2009 pada pukul 10.00 – 11.30 WIB yang bertempat di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Jambi.

3.2Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan praktikum ini yaitu :
cangkul,
parang,
meteran,
ember,
gembor,
mistar,
dan alat tulis.
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu : benih (biji) , pupuk kandang.

3.2 Prosedur Pelaksanaan Praktikum
Cara kerja dalam praktikum ini yaitu :
1. Persiapan Lahan
Persiapan lahan meliputi dari pembersihan lahan sebelum pengelolahan tanah, pengelolahan tanah, dan pemberian pupuk kandang sapi sebagai pupuk dasar pada petakan.
Pembersihan lahan sebelum pengelolahan tanah dilakukan pada tanggal 18 oktober 2009, dengan membersihkan lahan yang akan dikelolah dari semak belukar, kayu-kayu atau kotoran yang dapat mengganggu dalam pengelolahan tanah.
Pengelolahan tanah dilakukana pada tanggal 18 oktober 2009, dengan membuat petakan yang berukuran 2 m x 3 m
Pemberian pupuk dasar dilakukan setelah lahan selesai dibentuk, dengan memberikan 6 kg pupuk kandang sapi untuk luas lahan 2 x 3 m, dan dibiarkan ± 1 minggu sebelum ditanam.
2. Penanaman
Penanaman dilakukan pada tanggal 31 Oktober 2009 dengan jarak tanam 75m x 20 m sehingga didapatkan 32 lubang tanam dan setiap lubang tanamn di isi 2 benih jagung manis.
3. Pemasangan Ajir
Pemasanagn ajir ini dilakukan pada pengamatan pertama yaitu memasang ajir pada tanaman jagung yang beri sampel pada tanggal 05 oktober 2009, dengan tinggi ajir 40 cm dan yang dibenamkan kedalam tanah 10 cm sehingga didapatkan tinggi ajir pada permukaan tanah 30 cm.
4. Pemeliharaan.
Pemeliharaan tanaman meliputu penyulaman, pemupukan, penyiraman, yang dilakuka setiap hari dan pengendalian terhadap gulma disekitar tanaman.
Pemotongantanaman jagung yang berlebih dilakukan setelah tanaman berumur 2 minggu atau pada tanggal 11 Oktober 2009 dengan meninggalkan 1 tanaman perlubang tanam sehingga didapatkan dalam satu petakan terdapat 32 tanaman jagung manis.
Penyiraman disesuaikan dengan kondisi curah hujan yang terjadi pada saat penanaman. Karena pada saat penanaman, seringnya turun hujan dalam frekuensi yang sering dan volume yang banyak maka penyiraman jarang dilakukan. Namun tetap saja dilakukan jika hari tidak hujan.
Pengendalian gulma disekitar tanaman dilakukan setiap minggunya atau dilakukan pencabutan gulma secara manual hingga tanaman memasuki fase generatif.
Kelompok 2 terdiri dari 3 orang, dan setiap orang bertanggung jawab atas tiap barisan atau yanaman jagumg manis dalam satu petakan.




5. Panen
Pada praktikum ini hampir semua tongkol jagung tidak dapat dipanen. Hal ini dikarenakan adanya serangan hama monyet yang menggambil buah jagung ( jagung baby corn ). Ini terbukti dari buah jagung yang sudah tidak ada lagi dan patahnya tanaman jagung akibat serangan dari hama monyet.

3.4. PENGAMATAN PARAMETER DI LAPANGAN
3.4.1. Tinggi Tanaman ( cm )
Pengamatan tinggi tanaman dilakukan setiap minggunya. Mulai dari minggu pertama sampai tanaman memasuki fase generatif. Untuk membantu pengukuran, digunakan patokan dari ajir yang dipakai.

3.4.2. Banyak Daun
Pengamatan banyak daun dilakukan setiap minggunya. Mulai dari minggu pertama sampai tanaman memasuki fase generatif.

3.4.3. Umur Berbunga
Pengamatan ini dilakukan pada saat tanaman memasuki fase generatif. Untuk setiap tanaman masa berbunganya berbeda-beda. Jadi untuk pengamatan ini, dihitung berapa banyak tanaman yang telah berbunga disetiap minggunya















4.2. PEMBAHASAN
4.2.1 Tanaman jagung
Tanaman jagung manis memiliki rasa yang lebih manis dari pada jagung biasa.ini disebabkan karena tingginya kadar gula pada endosperm ( 5 – 6 % ) jika dibandingkan dengan jagung biasa ( 2 – 3 % ). Kadar pati sekitar 10 – 11 % dan kadar air sekitar 70 %. Tanaman jagung manis juga memiliki tinggi yang lebih rendah dari jagung biasanya. Namun dalam praktikum ini, tanaman jagung cukup tinggi dan daun-daun yang cukup . Ini dapat dilihat dari hasil pengamatan dari minggu keminggu ( pada table pengamatan ).
Dengan kondisi tanaman yang tinggi serta daun yang banyak ( baik ), maka dapat diharapkan hasil yang didapatkan akan baik juga. Seperti yang kita ketahui, bahwa tanaman melakukan fotosintesis untuk menghasilkan fotosintat yang nantinya akan dipergunakan untuk mengganti sel-sel yang rusak, membantu dalam pertumbuhan organ-organ tanaman, dan untuk penimbunan cadangan makanan.
Dan hasil fotosintesis tersebut, sudah terbukti dari perkembangan tanaman yang ditunjukkan. Setiap tanaman memiliki tinggi yang baik, daun yang banyak, serta bakal buah yang banyak ( antara 2 – 3 bunga betina ) jika dibandingkan dengan tanaman jagung manis pada umumnya.. Dengan banyaknya bakal buah / tongkol seperti itu, maka diharapkan juga hasil produksi tanaman akan meningkat juga.
Namun pada pertengahan fase generatif atau pada saat tongkol jagung baby cornd, tanaman jagung ini terserang hama monyet. Sehingga buah / tongkol jagung dari tiap-tiap tanaman hampir secara keseluruhan habis dimakan hama monyet dan dapat dipastikan tidak dapat dipanen.
Ini dapat dilihat dari ciri-ciri serangan hama monyet tersebut, antara lain :
1. Tongkol jagung yang masih muda diambil /dipetik. Ini dapat terlihat dari bekas petikan tongkolnya. Dalam satu kelobot jagung, monyet hanya mengambil isi dari tongkolnya saja. Isi tongkol yang diambil itu berupa baby cornd yang memiliki rasa lebih manis. Sedangkan kelobot / kulit tongkolnya di tinggalkannya.
2. Adanya sisa-sisa kelobot jagung yang berserakan dilahan. Monyet hanya mengambil isi tongkol jagung saja. Sedangkan kulit / kelobotnya, ditinggalkkannya dilahan.

Sebenarnya jika kita melihat dari segi pertumbuhan dan perkembangan tanaman, hasil yang akan didapat dalam praktikum ini cukup banyak, ini didukung dengan tongkol jagung yang tumbuh / bunga betinanya yang tumbuh. Namun karena tongkol jagung tersebut dimakan oleh hama monyet, jadi kita tidak dapat mendapatkan dan mengamati hasil dari tanaman jagung itu.

4.2.2. Luas Petakan dan Jarak Tanam
Petakan tanam yang dibuat dalam praktikum ini berukuran 2 m × 3 m. Jadi luas petakan tanamnya adalah 6 m2. Dalam penanaman, jarak tanam yang digunakan adalah 20 cm × 75 cm dan populasi tanaman setiap lubang tanam adalah satu populasi sehingga dalam satu petakan tedapat 32 tanaman jagung.



















Keterangan :
× = tanaman jagung
a = 20 cm
b = 75 cm
4.2.3. Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Jagung
Dari data di atas terlihat bahwa semua tanaman jagung yang ditanam dapat tumbuh. Tetapi tidak semua tanaman jagung dapat tumbuh dengan baik karena diberikan perlakuan yang berbeda-beda pada setiap petakan. Perlakuan yang diberikan adalah sebagai berikut :
1. Kontrol (tidak diberi pupuk)
Tanaman jagung tetap dapat tumbuh tetapi pertumbuhannya terhambat dan tanaman menjadi kerdil karena tanaman kekurangan unsur hara yang dibutuhkannya.
2. Pupuk kandang ayam dengan dosis 6 kg dan 12 kg
Tanaman jagung yang diberi pukan ayam dapat tumbuh dengan baik dan lebih cepat berbuah terutama untuk tanaman yang diberi pupuk ayam dengan dosis 12 kg per petakan.
3. Pupuk kandang sapi dengan dosis 6 kg dan 12 kg
Tanaman jagung yang diberi pukan sapi juga dapat tumbuh dengan baik dan dapat berbuah dengan baik tetapi tidak sebaik tanaman jagung yang diberi pukan ayam.
4.2.4. Hasil Panen Tanaman Jagung
Dalam praktikum ini terjadi gagal panen karena lahan/petakan jagung diserang oleh hama monyet dan buah jagung yang masih kecil (baby corn) dipetik/diambil oleh monyet-monyet yang menyerang lahan jagung tersebut.











4.3. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dan pembahasan praktikum di atas, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Perbedaan jumlah atau dosis pupuk kandang yang diberikan ternyata mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung.
2. Pupuk kandang ayam dengan dosis 12 kg per petak memberikan hasil pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung yang terbaik.
3. Pupuk kandang ayam merupakan pupuk kandang yang paling baik (efektif) untuk diaplikasikan kelahan tanaman jagung.
4. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung cukup baik dari minggu ke minggu. Ini dapat terlihat dari hasil pengamatan yang dilakukan. Dengan pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang cukup baik, maka dapat diharapkan hasil yang didapatkan akan optimal juga.
5. Tidak mendapatkan hasil panen dalam praktikum ini karena semua tongkol jagung yang masih muda ( baby cornd ) dimakan oleh hama monyet.
6. Data pengamatan dan hasil praktikum ini dapat kita ambil kesimpulan bahwa tanaman jagung di yang bertempat di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Jambi,rawan terhadap hama seperti monyet..




4.4 Saran
Pada pengamatan tanaman jagung manis ini tidak dihasilkan panen yang baik karena tanamn jagung manis ini terserang hama yaitu Hama monyet,menurut pendapat kami apabila mau melakukan percobaab ataupun praktek lapangan sebaiknya di lakukan pembukaan lahan di seberang jalan kebun percobaan yang dilakukan sekarang.karena kalau di kebun percobaan yang sekarang gulma atau pohon yang besar masih ada disekitar lahan,disilah monyet-monyet akan berlindung.

V. DAFTAR PUSTAKA

Ir. M.Si. Hermawati Tiur. 2008. Fotokopian Kuliah Budidaya Tanaman Pangan Utama “ Jagung (zea mays )”. Fakultas Pertanian Universitas Jambi. Jambi.

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Sumber :
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul, Jalan KH. Wahid Hasyim 210 Palbapang Bantul 55713 Telp. 0274-367541
Anonimous. 2005. Jagung Manis (Sweet Corn). http://www.iptek.net.id/ind/teknologi_pangan/index.php?mnu=2&id=303
_________. 2009. Jagung. http://id.wikipedia.org/wiki/Jagung
_________. 2009. Pupuk Kandang. http://id.wikipedia.org/wiki/Pupuk_kandang
Decoteau, D. R.. 2000. Vegetable Crops. Prentice-Hall, Inc., New Jersey.
Hartatik, W., dan L. R. Widowati. 2009. Pupuk Kandang. http://balittanah.litbang.deptan.go.id/dokumentasi/buku/pupuk/pupuk4.pdf